Jangan Menghakimi! Jurus Andalan Orang Kristen
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (Mat 7:1-2)
“Kita tidak berhak menghakimi, yang berhak menghakimi hanya Tuhan Yesus.”
“Dia kan hamba Tuhan besar, jangan sembarangan menghakimi hamba Tuhan, nanti kamu bisa celaka.”
“Jangan menghakimi hamba Tuhan, kalau hamba Tuhan itu salah, biar Tuhan sendiri nanti yang akan menegur dia.”
“Memangnya kamu siapa, merasa berhak menghakimi! Jangan melihat selumbar dimata saudaramu, tapi balok di mata kamu sendiri tidak kelihatan.”
Itulah kira-kira beberapa perkataan yang sering saya dengar ketika seseorang sedang “mengingatkan” untuk “tidak menghakimi”. Masih banyak perkataan lainnya yang bahkan cenderung lebih kasar perkataan di atas yang diucapkan oleh seorang Kristen agar tidak menghakimi.
Kata “jangan menghakimi” bukan hal asing di telinga kita. Saya yakin kebanyakan orang kristen pasti pernah mendengarnya, bahkan banyak yang hafal ayatnya. Berdasarkan ayat Matius 7:1-2 ini, maka banyak orang Kristen yang hanya bisa bungkam ketika melihat suatu kesalahan diantara saudara seimannya apalagi kalau yang salah itu adalah seorang “hamba Tuhan” ditambah seorang “hamba Tuhan yang diurapi” atau “hamba Tuhan yang punya kuasa” atau “hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dengan luar biasa”.
Matius 7:1-2 merupakan sebuah senjata ampuh bagi kebanyakan orang Kristen untuk membungkam orang Kristen lainnya yang lebih kritis. Ini juga menjadi senjata andalan bagi para Pendeta atau hamba Tuhan untuk membungkam pengikutnya agar tidak mempertanyakan ajarannya. Itu sebabnya saya menyebut ayat Mat:1-2 ini adalah jurus andalan orang Kristen.
Benarkah kita tidak boleh menghakimi? Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu saya mendengar kata “Jangan Menghakimi” ini dikalangan Kristen, seolah sudah menjadi keseharian kehidupan orang Kristen. Ketika saya membaca keseluruhan ayat mengenai “Jangan Menghakimi” ini, saya menjadi ragu, pengertiannya tidak seperti yang dikira orang Kristen selama ini. Saya pernah mencoba mencari informasi melalui internet mengenai bolehkah orang kristen menghakimi? Yang saya temukan adalah artikel-artikel yang mengajarkan tentang “Jangan Menghakimi”. Saya hampir tidak menemukan artikel yang memperbolehkan orang Kristen untuk menghakimi, sampai pada satu artikel yang mengambil tema “mari menghakimi”.
Dari sekian banyak artikel yang mengajarkan “jangan menghakimi” hanya satu artikel yang mengajarkan untuk menghakimi, ironis sekali. Kejadian itu sudah lama sekali, saya juga sudah tidak ingat apa isi artikel yang mengajarkan untuk menghakimi. Yang saya ingat, saya tetap merasa tidak puas dengan penjelasannya, dan ini membawa saya kembali kepada Alkitab sebagai sumber kebenaran.
Apakah sebenarnya yang dikatakan Alkitab tentang hal ini. Saya akan masukkan seluruh pasal 7 yang diberi judul perikop “Hal Menghakimi”.
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Kebanyakan orang kristen yang menggunakan ayat ini hanya mengandalkan ayat 1 dan 2 dan kebanyakan lagi hanya mengandalkan ayat 1 saja. Itu sebabnya mereka mengambil kesimpulan bahwa orang kristen “TIDAK boleh menghakimi”. Meskipun banyak juga yang sering mengucapkan ayat berikutnya, tapi pikiran mereka sudah di setting untuk hanya mengandalkan ayat 1 dan 2. Mungkin itu juga yang diajarkan oleh para Pendeta yang “tidak ingin dihakimi”.
Bacalah secara keseluruhan ayat ini, saya yakin anda akan menemukan hal yang berbeda. Apanya yang berbeda? Bukankah ayat berikutnya justru lebih memojokkan orang kristen yang suka menghakimi? Di ayat berikutnya justru dikatakan bahwa orang kristen yang suka menghakimi adalah orang MUNAFIK! Bukankah begitu?
Itu memang benar, maksud saya orang kristen yang suka menghakimi atau dalam hal ini yang ingin mengeluarkan selumbar dimata saudaranya dengan balok masih ada dimatanya sendiri disebut Yesus sebagai orang munafik. Orang seperti ini adalah orang yang ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu menunjukkan kesalahan saudaranya, sementara kesalahannya sendiri ia tidak ketahui. Bagian ayat ini juga yang banyak digunakan oleh orang kristen untuk mengatakan “Kamu sendiri saja imannya belum beres sudah mau sok pahlawan membereskan iman orang lain!”
Perhatikan baik-baik. Bukankah masih ada kelanjutan dari ayat ini? Saya tuliskan kembali Mat 7:5
“Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Yesus menyebut orang munafik adalah orang yang ingin mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya dengan balok ada dimatanya sendiri. TAPI, Yesus juga mengatakan untuk mengeluarkan balok dari mata kita dahulu baru kemudian kita bisa melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudara kita. Bukankah ini yang dikatakan oleh Yesus.
Yesus sama sekali tidak melarang untuk menghakimi, hanya saja untuk menghakimi itu tidak sembarangan. Sejak ayat pertama dari pasal ini, Yesus memberi peringatan untuk tidak menghakimi agar kita tidak dihakimi. Ini menunjukkan kalau kita tidak siap untuk dihakimi, maka sebaiknya kita jangan menghakimi. Ayat berikutnya memberikan penjelasan yang lebih detail yaitu penghakiman dan ukuran yang kita gunakan untuk menghakimi juga akan diarahkan ke kita. Ini sama sekali tidak ada larangan untuk menghakimi, tapi kesiapan untuk dihakimi dengan hal yang sama. Oleh sebab itu di dua ayat terakhir, Yesus mengajarkan apa yang harus kita persiapkan terlebih dahulu sebelum kita dapat menghakimi. Kita harus dapat melihat dengan jelas terlebih dahulu, yang dalam hal ini kita harus tahu kebenaranNya terlebih dahulu baru kita bisa melihat kesalahan dari saudara kita. Mengapa demikian, ini karena dalam hal ini kita menyatakan kebenaran, memberi nasehat dan menegor, bukan asal menuduh atau menghakimi.
Sadarkah anda yang suka mengatakan “jangan menghakimi” sebenarnya anda sendiri sudah menghakimi orang yang anda tuduh “menghakimi” itu? Sepanjang pengalaman saya, orang yang suka berkata “jangan menghakimi” sebenarnya adalah orang yang tidak mengerti apa-apa mengenai kebenaran Alkitab. Saat saya dituduh “menghakimi”, saya selalu menanyakan dibagian mana saya menghakimi dan kalau memang yang saya katakan itu salah, tunjukkan dimana salahnya dan katakan kepada saya apa yang benar. Anda tahu, sampai hari ini, orang-orang yang menuduh saya suka menghakimi, tidak satu pun bisa menunjukkan kesalahan saya, apalagi menunjukkan kebenarannya.
Saya pernah mengatakan sebuah ajaran seorang pendeta terkenal itu salah kepada teman saya yang merupakan pengikutnya. Saya jelaskan kesalahannya berdasarkan Alkitab. Anda tahu jawaban teman saya? “Kamu tidak berhak menghakimi, dia seorang pendeta terkenal yang diurapi Tuhan loh”. Tapi saya jawab lagi “Saya hanya menjelaskan ada kesalahan dari ajarannya berdasarkan Alkitab.” Dia tetap ngotot bahwa pendeta itu pasti benar, saya yang salah dan sesat menafsirkan firman Tuhan. Saya minta dia tunjukkan dimana kesalahan saya berdasarkan Alkitab, dan dia sama sekali tidak bisa. Dia hanya bisa mengatakan kalau sayalah yang sesat dan suka menghakimi.
Kejadian ini seringkali terjadi dan cara yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kristen yang tidak mengerti apa-apa tapi sangat percaya kepada pendetanya, akhirnya dengan hanya mengandalkan kata “jangan menghakimi” dia merasa diri sudah paling mengenal kebenaran, padahal isinya KOSONG.
Suatu kali saya dan istri bermaksud untuk mengikuti ibadah yang diadakan di sebuah mal. Lokasi ibadah berada di lantai yang cukup tinggi sehingga kami harus menaiki lift. Didalam lift selain saya dan istri ada juga beberapa orang lain yang ikut masuk. Seseorang menekan tombol lantai tujuan kami. Saya dan istri menduga tujuannya pasti sama dengan kami untuk mengikuti ibadah. Akhirnya orang itu disapa oleh istri saya dan kamipun ngobrol sambil menuju lantai tujuan.
Selain dia ada seorang lagi yang ternyata juga seorang kristen, tapi ia tidak dalam tujuan lantai yang sama dengan kami, melainkan lantai diatasnya lagi. Mungkin karena merasa sama-sama Kristen, ia ikut ngobrol. Sampai satu titik, orang yang satu tujuan sama saya menyebutkan nama seorang pendeta ayng cukup terkenal sebagi pendeta yang korupsi. Saya mengenal nama pendeta yang ia katakan dan beberapa kali mengikuti ibadahnya. Saya juga mengetahui kisah imannya. Saya percaya ia adalah seorang pendeta yang baik. Jadi ketika ia berkata bahwa pendeta ini korupsi, saya ingin bertanya apakah ia benar-benar mengetahuinya.
Belum sempat saya bertanya, orang kristen yang tidak satu lantai dengan kami langsung berkata “Pak, bapak jangan sembarangan menghakimi pak, di hamba Tuhan besar.” Dan dijawab “Saya tidak sembarangan, saya memang tahu kok.” Tiba-tiba saja orang itu berteriak-teriak “Bapak bisa celaka kalo menghakimi hamba Tuhan!, bapak bisa terkutuk! Masuk neraka nanti pak! Dia hamba Tuhan, bapak tidak boleh menghakimi hamba Tuhan!
Mendengar teriakannya itu saya dan istri hanya diam, sampai kami tiba dilantai tujuan kami, orang tersebut masih berteriak-teriak mengutuk. Rupanya dia adalah pengikut setia dari pendeta yang disebutkan namanya tadi. Kejadian itu sebenarnya sangat memalukan sekali, saya yakin orang yang berteriak-teriak tersebut tidak mengerti apa-apa tentang apa yang dikatakannya. Saya sendiri sebenarnya tidak percaya dengan tuduhan mengenai pendeta yang korupsi tersebut dan saya ingin minta penjelasan apakah orang itu benar-benar tahu atau hanya mendengar dari orang lain lalu main tebak-tebakan dengan menuduh korupsi. Sayangnya, orang Kristen yang berteriak-teriak jangan menghakimi tersebut sudah seperti orang kerasukan.
Mat 7: 1-5 tidak mengajarkan bahwa orang kristen tidak boleh menghakimi, tapi yang diajarkan adalah bagaimana cara anda menghakimi dengan benar. Ketika anda akan menghakimi, anda harus tahu dahulu kesalahan dan kebenarannya, agar anda bisa memberikan penjelasan dan menyadarkan orang yang melakukan kesalahan. Anda juga harus siap untuk dihakimi dengan cara yang sama dan anda berhak untuk mengetahui kesalahan anda dan mendapatkan penjelasan kebenarannya.
Jika anda masih tetap ngotot bahwa ayat diatas mengajarkan untuk tidak menghakimi, saya akan berikan ayat-ayat lainnya.
Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil. Yoh 7:24
Ayat didalam Yoh 7:24 ini mengajarkan mengenai menghakimi dengan adil. Jika ayat Matius di atas anda katakan “tidak boleh menghakimi”, maka coba jelaskan, apakah kedua ayat ini saling bertentangan?
Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi oleh Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu. 1 Kor 5:12-13
Ayat Korintus ini juga mengajarkan mengenai menghakimi. Bahkan disini dengan jelas diajarkan bahwa orang Kristen harus menghakimi orang Kristen. Orang Kristen tidak berhak menghakimi orang yang bukan Kristen, karena orang yang bukan Kristen itu akan dihakimi oleh Allah. Yang terjadi adalah orang kristen yang suka mengatakan “jangan menghakimi” umumnya suka menghakimi orang-orang yang beragama lain. Ini yang saya juga tidak suka. Terkadang saya dianggap lebih mendukung agama lain daripada Kristen karena saya suka mengatakan “Jangan menilai kebenaran agama lain berdasarkan kitab suci-mu, kalau kamu mau seperti itu kamu juga harus bersedia dikatakan sesat oleh orang beragama lain yang menilai agamamu berdasarkan kitab suci-nya.”
Tiga ayat yang saling mendukung yang mengajarkan tentang orang Kristen yang harus menghakimi orang Kristen. Tapi penghakiman yang dilakukan orang Kristen tidak boleh menghakimi dengan sembarangan. Tidak sembarangan bukan berarti anda tidak boleh menghakimi hamba Tuhan atau Pendeta atau sesama orang Kristen, tapi tidak sembarangan berarti anda harus mengerti kebenaran dan kesalahannya. Oleh sebab itu belajarlah Alkitab baik-baik agar anda mengenal kebenaran.
Jika anda masih belum puas saya berikan ayat-ayat lainnya :
Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalai ia menyesal, ampunilah dia. Luk 17:3
Kesaksian itu benar. Karnea itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran. Titus 1:13-14
Sebab mesias-mesia palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Mat 24:24
Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. 2 Pet 2:1
Beritakanlah firman, siap sedialah, baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. 2 Tim 4:2
Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa. Yak 5:20
Ayat-ayat ini mengajarkan anda untuk memberikan tegoran jika ada saudara seiman yang salah. Inilah cara penghakiman orang Kristen, anda menegor dengan tujuan menyatakan kebenaran dan menyadarkan orang lain dengan kesalahannya. Nabi palsu, guru-guru palsu akan bermunculan. Oleh sebab itu anda harus siap setiap saat, baik atau tidak baik waktunya. Nyatakanlah yang salah dan tegorlah. Banyak orang yang suka mendengar dongeng-dongeng pendeta seolah-olah itu pengalamannya bersama Tuhan. Oleh sebab itu anda harus berhati-hati. Belajarlah Alkitab dengan baik-baik, karena itu yang diminta oleh Yesus. Jika anda mengetahui ada kesalahan dalam sebuah pengajaran, bukan hal yang salah anda menghakimi ajaran tersebut termasuk jika harus menghakimi pengajarnya.
Jadi, jangan lagi menjadikan jurus “Jangan Menghakimi: sebagai jurus andalan, tapi belajarlah menghakimi dengan adil dan kebenaran. Jadikan Alkitab sebagai standar ukuran kebenaran. Bukankah didalamnya berisi pengajaran Yesus yang adalah kebenaran itu sendiri?